7 Ciri Orderbook Mencurigakan (Ada Bandar?)
Pengantar
Artikel ini adalah lanjutan dari Cara Membaca Orderbook/price. Saya juga menyarankan ada membaca artikel Analisa Volume part2 – Ciri Saham Bermasalah dan Tak Likuid karena masih satu bahasan tentang harga saham tidak wajar.
Kita perlu mencermati hal berikut di orderbook sebelum beli/jual. Orderbook sendiri sebenarnya juga mencerminkan perilaku trader dan situasi pasar. Untuk itu jangan sampai terjebak. Simak 7 ciri orderbook mencurigakan dan patut diwaspadai di bawah ini:
1. Jumlah lot sangat sedikit atau harga lompat-lompat

Amati contoh orderbook di atas. Jumlah Volume ddan frekuensi-nya sangat sedikit, hanya satuan padahal normalnya bisa sampai ribuan lot dan puluhan freq. Artinya saham ini kurang di minati dan kurang likuid. Jika freq hanya bernilai 1, maka hanya ada satu orang yang pasang di harga tersebut! Sangat-sangat tidak laris.
Sekarang perhatikan kotak merah, harga bid-nya lompat dari 545 ke 565! Padahal setelah 545 kan harusnya 550, 555, 560, lalu 565. (Baca tentang Fraksi Harga)
Resiko jika masuk di saham seperti ini adalah kita akan susah keluar karena sepi peminat (tampak harga lompat-lompat). Serta kita tidak akan bisa transaksi dalam jumlah besar karena lot sedikit. Saham seperti ini biasanya ada bandarnya dan harga rawan dipermainkan.
2. Jumlah lot banyak tapi freq sedikit

Jika ada sedikit freq (atau bahkan hanya 1), padahal di harga tersebut ada 8400an lot antri. Tidak sebanding dengan yang lain. Bfreq itu jumlah pemesan di harga tersebut. Jadi kalau ada 1 orang atau beberapa, maka artinya ada “oknum” yang bermain di saham ini. Oknum tersebut bisa horang kayah, tapi bisa juga adalah bandar!
- Jika terjadi di bagian bid, maka artinya bandar sedang “memblokade”/”ganjal” supaya harga tidak turun.
- Sedangkan, jika terjadi di bagian offer maka sedang diblokade agar harga tidak naik.
Apa resikonya?? Tentu saja jika hanya ada satu pengendali di harga tersebut, maka ada kemungkinan order tersebut akan dicabut (withdraw)!
Saat blokade tersebut dicabut maka bisa berakibat harga bergerak. Kalau bid ditarik maka harga bisa anjlok. Sedangkan jika cabut di offer maka harga bisa terbang, tapi berarti pula kalau tidak cabut maka harga akan susah naik/turun!
3. Tidak ada yang offer (ARA)

Kalau tidak ada yang offer, artinya tidak ada yang mau menjual saham tersebut. Mereka berharap harga akan terus naik. Saham yang ARA (Auto Reject Atas) sudah pasti ada bandarnya. Si Bandar tugasnya untuk mensponsori pembelian saham. Sehingga saham tampak menarik karena ramai dibeli, padahal yang beli ya si bandar sendiri. (Baca tentang pom-pom)
Biasanya saat di bandar sudah merasa cukup, lalu harga akan dibanting. Ada beberapa kemungkinan: (1) bandar tidak membeli saham lagi, sehingga tidak ada “bahan bakar” untuk naik. Alhasil saham anjlok; (2) dengan cara bandar akan mengguyur saham (jual masif). Tujuannya agar bandar bisa akumulasi lagi di harga murah. Begitu diulang-ulang terus.
Apa resiko beli di saham ARA? Resikonya seperti tadi, harga saham rawan dibanting. Resiko lain adalah saham kena suspensi BEI. Saham yang ARA/ARB berkali-kali biasanya akan ditandai sebagai UMA (Unusual Market Activity). Kalau masih berlanjut, maka perdagangan saham akan dihentikan. Kita tidak akan bisa menjual saham sampai suspensi dicabut!
4. Tidak ada yang bid (ARB)

ARB (Auto Reject Bawah) di sebabkan karena banyak orang yang menjual saham, bahkan sampai tidak ada yang bid/tidak ada yang mau beli. Saham yang sudah ARB biasanya karena ada berita jelek, misal ada kabar bahwa emiten X mengalami kerugian besar, gagal bayar, ada sentimen buruk, karena tanggal exdate dividen, dsb. Yang intinya membuat banyak orang tak mau memiliki saham ini.
Alasan lain adalah karena dibanting bandar seperti yang dijelaskan sebelumnya. Bandar sengaja membanting saham untuk (1) mendapatkan harga murah atau (2) untuk membuang para ‘penumpang gelap’.
Para penumpang gelap pasti takut kalau harga saham anjlok, karena mereka hanya ikut-ikutan bandar. Harga yang sudah dibanting bisa saja diangkat lagi atau malah ditinggalkan. Jadi ketika harga dibanting akan banyak orang yang cutloss.
Sebaiknya kita hati-hati membeli saham yang ARB, jangan tergiur harga murah. Ibarat menangkap pisau jatuh, tangan kita bisa terluka. Harga yang habis ARB bisa naik, bisa lanjut turun. Saham yang ARB berkali-kali akan diberi label UMA. Alhasil saham akan disuspensi dan tak bisa diperdagangkan lagi.
5. Ramai-ramai bid

Nomor 5 ini berbeda dengan kasus ARA. ARA terjadi karena banyak yang ingin beli sampai harga tak bisa bergerak lagi (offer sampai kosong). Sedangkan untuk kasus ramai-ramai bid ini, biasanya ada dua penyebab: (1) karena titik support; (2) agar harga tidak turun.
Disebabkan karena titik support apabila hasil analisa para trader memberikan sinyal yang sama. Sehingga banyak orang ingin dapat harga semurah mungkin (di titik support). Titik support sulit ditembus, karena banyak orang yang percaya bahwa ini adalah titik terendah. Tapi kalau volume sampai habis (misal harga 1850 di gambar) maka ada potensi harga akan anjlok karena jebol support.
Alasan lain adalah karena banyak orang yang ganjel agar harga tidak turun. Biasanya terjadi pas harga saham naik. Caranya, ketika harga saham naik maka langsung di-bid lagi. Nanti pas harga naik lagi, maka pasang bid lagi. Ibarat mendorong benda di jalan menaik, setelah didorong sedikit maka langsung ganjal agar tidak menggelinding turun. Dst.
6. Ramai-ramai offer

Mirip dengan nomor 2 dan 5. Tapi di sini ada banyak orang yang offer (ofreq) dengan jumlah ovol yang banyak pula (160 ribu lot). Artinya harga ini adalah titik Resistance.
Hasil analisa mereka, entah pakai support & resistance atau indikator menghasilkan sinyal bahwa di harga ini adalah resistance. Sehingga banyak orang yang ingin menjual di harga tertinggi titik resistance.
Note: Hal ini tidak berlaku pada ARB. Karena penyebab ada offer besar di ARB disebabkan banyak orang yang ingin buang saham.
Kalau lot di harga 670 (pada gambar) bisa habis, maka disebut sebagai breakout. Harga saham ada potensi lanjut naik. Tapi kalau lot di sini tidak habis maka harga akan sulit naik, bahkan ada potensi harga saham balik turun (dikarenakan buyers sudah tidak kuat beli). Bisa juga dikarenakan harga dipaksa untuk turun, jadi setelah turun sedikit maka langsung pasang offer. (mirip kasus nomor 5)
7. Ketimpangan sum bid dan sum offer
Sum/jumlah/total ada di bagian bawah sendiri orderbook. Ketika total bid dan offer tidak seimbang, maka artinya ada kekuatan yang lebih dominan.
Kalau total bid lebih banyak, artinya (1) banyak orang yang ingin beli saham tersebut atau (2) banyak yang ganjel saham agar tidak anjlok. Sebaliknya, jika total offer lebih banyak, artinya (1) banyak orang yang jual/buang saham atau (2) banyak yang ganjal agar tidak naik.
Oke. Sekian artikelnya. Kalau anda memiliki pertanyaan, kritik atau saran. Silahkan tinggalkan komentar dibawah.
Terima kasih.