Apa itu Fraksi Harga Saham, Lot, dan ARA-ARB?

Fraksi Harga Saham

Seperti di dunia nyata, jika kita ingin membeli barang di toko maka harus membayar pakai uang, misal pakai uang kertas satuan Rp5000, Rp20rb, Rp100rb, atau yang lain. Tidak mungkin kita bayar pakai uang kertas bernominal Rp33rb kan? Karena uang kertas segitu tidak ada. Bisa-bisa ditangkap polisi karena mengerdarkan uang palsu lagi.

Begitu pula di pasar saham, ada satuan tertentu yang digunakan untuk transaksi. Kita tidak mungkin bisa langsung membeli saham dengan harga Rp1000,5 (seribu koma lima). Ini saya bicara beli langsung di pasar reguler ya, bukan sistem averaging atau pasar lain. Untuk itu diperlukan aturan tertentu agar bisa seragam.

Selain itu, pergerakan harga juga ada aturan. Sehingga tidak bisa seenaknya, misal tidak bisa harga per lembar hari ini Rp1000, besok Rp1jt, besoknya lagi Rp2.500. Enak aja wkwk… Nah, karena hal tersebut maka diperlukan aturan pergerakan harga. Satuan pergerakan harga disebut dengan Fraksi Harga. Simak tabel berikut:

Kelompok Kerja/Harga Fraksi Harga Perubahan Maksimal (Lompat)
<Rp200 Rp1 Rp10
Rp200 <= Rp 500 Rp2 Rp20
Rp500 <= Rp 2000 Rp5 Rp50
Rp2000 <= Rp 5000 Rp10 Rp100
>= Rp 5000 Rp25 Rp250
Satuan Perubahan Harga (Fraksi) sesuai Peraturan II-A-Kep-00023/BEI/04-2016

Bagaimana jika harga berada di Rp200? Pakai fraksi apa? Jawabannya adalah: jika bergerak turun maka menggunakan fraksi Rp1, misal Rp199, Rp198, Rp197, dst. Sedangkan, jika harga naik maka memakai fraksi Rp2, misal Rp202, Rp204, Rp206, dst.

Sampai harga berapa harga turun? Untuk saham reguler (RG) yang biasanya diperjual belikan, batas minimumnya adalah Rp50. Jadi jika harga sudah mencapai Rp50 maka tidak akan bergerak turun lebih dalam lagi. Untuk waran harga minimal adalah Rp1. Sedangkan, untuk pasar negosiasi tidak menggunakan satuan perdagangan.

Lalu berapa batasan harga maksimal? Hhhmmm… bisa dibilang hampir tak terbatas. Jika suatu barang diminati banyak orang, maka harga akan semakin melambung. Seperti harga masker yang mencapai jutaan rupiah ketika wabah corona melanda.

Tapi semakin mahal harga, maka semakin sedikit orang yang mampu membeli. Misal harganya Rp50.000/lembar maka untuk beli 1 lot saja butuh dana Rp5jt.

Apa itu lot? Lot adalah satuan jual-beli saham. Seperti ketika beli kuaci harus beli satu bungkus. Bukan per biji. Aturannya, 1 lot = 100 lembar saham. Jadi kalau ada saham harganya Rp2.410, maka untuk membeli 1 lot kita perlu menyiapkan dana Rp2.410 x 100 = Rp241.000.

 

Berapa batas pergerakan harga dalam satu hari? (ARA/ARB)

Sekarang kita sudah tahu aturan harga bergerak. Lalu berapa batas naik dan turunnya? Tidak mungkin kan pagi ini Rp2rb, lalu di sore hari naik hingga Rp50rb? Bagian ini juga menjawab “berapa keuntungan/kerugian maksimal dalam satu hari?”

Ilustrasi ARA & ARB

Pergerakan harga dalam satu hari memiliki batas maksimal, baik naik dan turun. Sedangkan batas minimal adalah harga tidak bergerak sama sekali. Berikut istilah yang perlu anda ketahui dulu:

  • Batas harga bergerak naik disebut Auto Reject Atas (ARA).
  • Batas harga bergerak turun disebut Auto Reject Bawah (ARB)
  • Khusus untuk IPO / saham yang baru listing maka berlaku 2x batas reject.

ARA bisa terjadi karena banyaknya permintaan beli (ask), sehingga harga terbang tinggi. Sedangkan, ARB bisa terjadi karena banyak orang yang ingin membuang saham tersebut. Misal karena emiten sedang rugi besar, jadi lebih baik dijual saja.

Besaran reject juga disesuaikan dengan rentang harga:

Rentang Harga Batas reject (ARA & ARB)
Rp50 – Rp200 35%
Rp200 – Rp5000 25%
Di atas Rp5000 20%
Batas reject berlaku naik dan turun.

Ketentuan lain adalah maksimal beli = 50.000 lot atau 5% dari jumlah efek tercatat (mana yang lebih kecil). Jika lebih dari itu, maka akan kena reject/ditolak.

Contoh: Saham X punya harga Rp1200 maka dalam satu hari bisa bergerak sebesar 25%. Sedangkan saham Y yang baru saja IPO bernilai Rp150 maka dalam satu hari bisa bergerak hingga 70% (dari 35% dikali 2).

Contoh lain, pada pagi hari suatu saham ARB sampai -25% dan kita beli diharga itu. Kemudian pada sore hari harga terbang sampai ke +25%. Maka keuntungannya adalah dari -25% sampai +25% alias untung 50%! Jadi intinya, keuntungan dalam satu hari juga sebenarnya 2 kali batas reject (mirip IPO).

Kerugian maksimal juga sama, dihitung dari +25% hingga ke -25%. Alias -50% (duh…). Maka dari itu, sebelum membeli saham sebaiknya di analisa dulu. Jangan asal masuk karena terpengaruh. Minimal analisa support & resistance serta volume dulu.

Catatan: khusus ketika pandemi corona, ARB diubah menjadi 7% (auto reject asimetris). Keuntungan dan kerugian maksimal adalah ARA +- 7%.

 

Cara mudah menghitung ARA/ARB

Caranya mudah sekali, anda bisa menggunakan kalkulator di HP anda atau memakai google.com. Inputkan harga sekarang, kemudian ditambah/dikurangi dengan persen ARA/ARB. Misal harga sekarang adalah 2350, batas ARB (saat ada pandemi corona) adalah 7%. Maka inputkan 2350 – 7%, nanti otomatis akan muncul hasil seperti ini:

Contoh kalkulator mencari ARB

Ingat, bulatkan hasil di kalkulator sesuai fraksi harga. Jika mencari ARB maka bulatkan ke atas, kalau contoh di atas berarti 2190. Sedangkan untuk ARA bulatkan ke bawah (karena harga tidak mungkin tembus batas, jadi untuk ARA logikanya “sedikit di bawah batas reject”). Contohnya seperti berikut, hasilnya 2937.5 maka kita bulatkan menjadi 2930.

Contoh menghitung ARA

Tips: Biasanya, harga yang ARA & ARB terjadi beberapa kali (sekitar 2-4) maka akan menuju support & resistance kuat. Jadi setelah harga sampai ke level support/resistance normalnya akan berbalik arah. Anda bisa membaca tutorialnya di sini: Support & Resistance: Definisi, Contoh, dan Strategi

Muhaaz Saham sudah merilis Aplikasi Kalkulator Saham yang salah satunya bisa menghitung ARA ARB dan Fraksi Harga secara otomatis, download di sini https://play.google.com/store/apps/details?id=com.muhaaz.musa  

 

Penutup

Saham yang bergerak sampai ARA/ARB maka akan di awasi oleh BEI. Biasanya akan diberi cap dengan transaksi tidak wajar (Unusual Market Activity). Saham yang bergerak drastis tidak cocok untuk investasi, karena harga yg terbang bisa karena jumlah transaksi kecil/kurang likuid sehingga gampang bergerak.

Alasan lain adalah karena ada berita besar yang bisa mempengaruhi fundamental emiten. Atau bisa jadi alasan ARA/ARB karena harga digerakkan oleh bandar/oknum tertentu biar terlihat laris. Harga yang tiba-tiba naik bisa saja nanti tiba-tiba jatuh turun.

Untuk pemula sebaiknya hindari. Cari saham yang likuid dan berkapital besar, anda bisa menggunakan indeks (kumpulan daftar saham) misal LQ45. Hindari pula harga yang terlalu murah. Wajarnya saham dalam satu hari harga bergerak naik tidak sampai 5%. Begitu juga sebaliknya ketika turun.

Terima kasih.

Mungkin Anda juga menyukai

3 Respon

  1. Desember 26, 2020

    […] Tentu resikonya harga saham akan cepat turun pula. Sesuatu yang cepat datang juga akan cepat pergi. Harga cepat naik dengan volume besar bahkan sampai ARA. Tapi ketika turun juga langsung ARB berkali-kali. (baca: ARA/ARB) […]

  2. Desember 26, 2020

    […] Sekarang perhatikan kotak merah, harga bid-nya lompat dari 545 ke 565! Padahal setelah 545 kan harusnya 550, 555, 560, lalu 565. (Baca tentang Fraksi Harga) […]

  3. Desember 26, 2020

    […] harga saham MBSS setelah IPO Akibatnya harga akan melambung sampai ARA (Auto Reject Atas, baca di sini). Bukan rahasia umum bahwa harga saham IPO akan terbang 2-3 hari (kadang lebih) setelah listing. […]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *