Compounding pada Investasi dan Trading Saham

Apa itu Compounding?

Compounding berasal dari kata bahasa inggris. “Compound” artinya senyata/gabungan/campuran, sehingga jika ditambah akhiran “-ing” maka dalam Bahasa Indonesia akan memiliki arti penggabungan/meracik.

Ketika kita melakukan compounding berarti kita sedang menggabung sesuatu seiring berjalannya waktu. Contoh compunding paling umum ada pada sistem kredit.

Di mana saat kita berhutang dan ada bunga, maka pada periode berikutnya bunga tersebut akan dikreditkan kembali. Istilahnya bunga yang berbunga (bunga berganda/bunga majemuk). Sehingga makin lama jumlah hutang akan semakin tinggi.

ilustrasi compounding saham
Ilustrasi uang makin tinggi. Sumber gambar: dailyworth

Contoh Kasus Kredit

Contoh: kita pinjam uang Rp10 juta dan ada bunga 1% tiap bulan. Maka bunga di bulan pertama adalah Rp100 ribu. Berapa bunga bulan ke-2?

Berdasarkan sistem ini, maka bulan depan kita dianggap berhutang Rp10.100.000,- (pokok + bunga ke-1). Sehingga pada bulan ke-2, Bunga 1% = Rp101.000. Lanjut bulan ke-3 menjadi Rp10.210.000, dst…

Wow, kok makin banyak ya? Bisa bayangkan jika skema pembayaran adalah bertahun-tahun. Saya kasih contekan, dengan hutang Rp10 juta dan bunga 1%/bulan maka total yang harus dibayar adalah:

  • 1 tahun = Rp11,27 juta
  • 2 tahun = Rp12,7 juta
  • 5 tahun = Rp18,17 juta
  • 10 tahun = Rp33 juta

Hahaha….

Compounding pada Investasi Saham

Lalu bagaimana menerapkan sistem ini pada jual beli saham? Apakah berarti kita juga harus pinjam uang? TIDAK SEPERTI ITU. Compounding pada investasi berarti aset kita yang makin berkembang!

Seperti halnya bunga tadi, tapi dalam investasi yang beranak adalah aset kita. Hasil investasi atau trading yang profit kita jual dan kita gunakan untuk beli saham lagi. Begitu seterusnya seperti kasus kredit tadi.

Contoh Compounding Saham

Misal kita berinvestasi di suatu saham Rp10 juta dan tiap tahun/periode bisa berkembang 10%. Maka pada periode pertama akan menjadi Rp11 juta (profit Rp1 juta).

Catatan: periode dapat berarti tahun, kuartal, bulan, minggu, dsb.

Saham yang profit tadi bisa kita tarik (jual sebagian saham). Sehingga kita memiliki modal baru Rp1 juta. Uang Rp1 juta ini dapat kita investasikan kembali ke saham yang berbeda. Alternatifnya Anda tidak perlu menjual saham tersebut jika yakin tahun depan masih bisa naik.

Mudah bukan? Dengan cara ini kita bisa “mengamankan” portofolio yang kita miliki. Hasil penjualan saham yang sudah profit tadi dapat kita gunakan untuk beli saham di sektor berbeda atau bisa untuk menambah posisi saham lain (misal untuk avg down).

Artikel berikutnya akan membahas cara menghitung compunding dan trik cepatnya. Misal kita ingin mencari hasil tahun ke-5 (60 bulan), pasti akan sulit jika kita hitung manual (coming soon)

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *