Penjelasan Support & Resistance di Pasar Saham

Pengantar Support & Resistance

Di sini kita akan mempelajari bagaimana support & resistance bisa terjadi, bagaimana cara menentukan support & resistance, contoh serta penjelasannya, hingga strategi penerapan support & resistance. Bisa dikatakan tutorial di artikel ini cukup lengkap hehe…

Tujuan utama dari mempelajari support & resistance adalah untuk mengetahui kapan masuk dan keluar. Sehingga bisa membatasi kerugian dan memaksimalkan profit. Jika kita di ranah trading, entah itu saham, forex, crypto, dan lain lain, maka analisa teknikal sangat diperlukan.

Support & Resistance merupakan salah satu bagian analisa teknikal. Bagi saya, ini adalah ilmu dasar yang wajib dikuasai. Tidak peduli apakah anda seorang trader forex, saham, komoditas, hingga crypto. Pelajari ini. Sekalipun kita jago fundamental, sebaiknya ketahui ini.

Tidak ada salahnya belajar lebih banyak. Note: Jika anda seorang trader/investor selain saham, ketika membaca artikel mohon sesuaikan dengan ranah anda. Sebelum lanjut membaca, sebaiknya anda membaca step sebelumnya: Pengantar Cara Membaca Candlestick dan Chart. Jika sudah paham tentang candle maka silahkan lanjutkan.

Mari kita bahas.  

Apa Itu Support & Resistance?

Secara bahasa, support artinya dukung(an) dan resistance artinya perlawanan. Apabila dalam pergerakan harga, maka support & resistance adalah titik/area dimana harga akan berbalik arah. Support & Resistance adalah hal pertama– yang perlu dianalisa ketika membuka chart. Kalau kita tahu di mana harga akan naik, maka lakuan aksi beli. Jika kita tahu di mana harga akan turun, maka lakukan aksi jual. Simpel.

Support & Resistance secara singkat dapat diartikan sebagai:

  • Support artinya suatu area yang membuat harga berbalik naik. Letaknya ada di bawah harga.
  • Resistance artinya suatu area yang membuat harga berbalik turun. Letaknya ada di atas harga.
Contoh support & resistance
Alasan kenapa disebut “area”, karena dalam support & resistance tidak ada titik pasti. Ingat, ada ribuan bahkan jutaan orang yang terlibat dalam trading.

Di sini lah penyebab tidak adanya titik pasti, banyak orang yang terlibat. Sekalipun semua orang tahu di harga 2500 akan berbalik arah, ini tetap sulit untuk ‘benar-benar’ berbalik di harga itu. Ada orang yang tidak sabaran maka akan aksi duluan. Ada pula orang yang telat/lelet maka akan ketinggalan. Ini alasan support/resistance perlu area. Ibarat gawang bola.

Perlu diketahui juga, support & resistance sering digambar menggunakan garis. Bisa berbentuk garis horizontal, miring, atau melengkung. Nanti akan saya bahas. Hal itu dimaksudkan untuk mempermudah saja dalam menggambar.

Jadi, kalau anda menemukan support & resistance digambar dengan garis, maka berikan toleransi error. Misal resistance digambar dengan garis lurus di harga 4000, maka anggap sebagai area resistance dengan rentang 3950-4050 (contoh).  

Kenapa ini penting?

Jauh sebelum ada pasar saham, ilmu support & resistance sudah ada. Saya contohkan ada seorang pedagang yang melakukan aktivitas jual-beli barang. Ia punya catatan kapan harga naik dan kapan harga turun.

Kalau ada situasi yang mendukung, maka pasti banyak orang yang membeli. Di hukum ekonomi, kalau suppy tidak bisa menutupi permintaan yang semakin banyak, maka harga barang akan semakin mahal. Pedagang akan berpikir, “Wah, dulu harganya pernah naik sampai X. Jadi ada kemungkinan bakal naik lagi ke harga itu. Stok ah…”. Titik X itu yang disebut sebagai resistance.

Lalu pedagang mendengar kabar bahwa negeri tetangga akan butuh banyak barang, kabarnya mereka akan perang atau sedang dilanda bencana. Banyak pedagang yang mulai stok lagi hingga barang jadi langka. Otomatis harga akan semakin melambung. Jika harga menembus titik tertinggi terdahulu (sekarang membuat harga tinggi baru), maka itu disebut sebagai break out.

Sedangkan kalau situasi kurang kondusif, maka beberapa pedagang/orang akan jual barang duluan. Tapi tidak sampai membuat harga anjlok, karena masih ada orang yang percaya bahwa barang akan naik. “Dulu harga pernah turun sampai segini, pasti suatu saat akan naik lagi. Tahan dulu deh”. Di sini, harga berada di support.

Kalau nanti muncul kabar negatif dan membuat lebih banyak orang melepas barang, maka akan membuat harga terjun. Biasanya karena jual rugi sekarang (cut loss), kan daripada dijual nanti malah tidak laku.  

Indikator Teknikal vs Support & Resistance

Jujur saja saya dulu sering pakai indikator teknikal, tapi lama-lama saya sadar akan sesuatu. Yang namanya “indikator” itu ya fungsinya untuk “mengindikasikan”. Otomatis kita harus menunggu harga bergerak dulu agar sinyal beli/jual muncul.

Hal ini sangat merugikan. Kalau telat masuk maka profit sedikit dan kalau telat keluar maka bisa rugi banyak. Apalagi kalau harga langsung terjun atau indikator telat beri sinyal.

Indikator yang perlu menunggu harga bergerak disebut indikator “lagging“. Mayoritas indikator memiliki sifat lagging contohnya adalah Moving Average (baca di sini). Sedangkan indikator yang memprediksi pergerakan harga disebut indikator “leading“. Tapi, sekalipun ada indikator leading, buat saya masih sulit dijadikan acuan. Hanya Volume dan RSI saja yang menurut saya masih bisa dipegang.

Gunakan indikator sebagai alat konfirmasi saja, misal untuk cek konvergen & divergen. Jangan bergantung pada indikator untuk mencari sinyal masuk dan keluar. Ada teknik sendiri untuk menganalisa pergerakan harga. Support & Resistance adalah salah satunya, karena bisa memproyeksikan pergerakan harga di masa depan.

Lalu pada saham kenapa harga kok mengikuti support & resistance? Kenapa tidak bergerak naik terus atau turun terus sesuai fundamental? Konspirasi? ¯\_(ツ)_/¯

Akan saya jelaskan.  

Pengaruh Fundamental dan Sentimen ke Support & Resistance

Kalau anda sudah membaca tentang fundamental, setidaknya anda akan bertanya hal ini. Bukankah emiten dengan fundamental baik harganya akan naik terus, sedangkan emiten dengan fundamental jelek harganya akan turun? Kenapa kadang tidak demikian? Hhmmm… kenapa ya? Bahkan, saya sering melihat orang jengkel sendiri (keras kepala) karena harga bergerak tidak sesuai laporan fundamental dan harapannya. Apa yang sebenarnya terjadi?

Kenapa harga bergerak aneh?

Tidak aneh, justru kita sendiri yang belum paham. Fundamental baik memang wajarnya akan membuat harga naik, tapi bukan berarti harga tiba-tiba akan langsung terbang dan naik terus kan? Begitu pula dengan adanya fundamental jelek bukan berarti harga akan langsung anjlok.

Jangan bingung kenapa fundamental baik kok harga malah turun. Serta fundamental jelek harganya kok malah naik. Ada momen di mana harga perlu “ancang-ancang” dulu, entah mau terbang naik atau terjun turun. Serta, ada momen di mana harga akan “keterusan” naik dan turun.

Hal ini wajar. Pergerakan harga sejatinya mencerminkan sifat dari banyak orang yang berdagang di pasar saham. Jangan anggap semua orang berpikir hal sama. Maklumi perbedaan pendapat. Kita lah yang harus menyesuaikan diri, selalu ingat bahwa jangan pernah melawan pasar!

Lanjut.

Seorang investor dengan dana besar biasanya akan masuk dan keluar menunggu laporan/berita. Sedangkan, seorang trader swing dan scalper akan memanfaatkan momentum fluktuasi pergerakan harga. Sekalipun anda sudah borong banyak-banyak, bisa saja masih ada orang yang menahan dananya, menunggu momen yang lebih tepat lagi (menurut mereka).

Begini saja, sekarang kita andaikan sedang menunggu Laporan Keuangan (LK) terbaru keluar. Kira-kira apa yang akan anda lakukan? Beli saham, jual saham, atau wait and see? Tentu kalau dipikir-pikir lebih baik menunggu LK rilis dulu, nanti setelah tahu kinerjanya meningkat atau menurun baru lah kita ambil aksi. Hhmmm… tapi ternyata tidak semua orang berpikir begitu.

Ada orang yang tidak sabaran sudah ancang-ancang cicil beli, padahal belum tentu harga akan naik. Bahkan ada pula orang malah beli di puncak harga. Kok bisa? Hal ini disebabkan karena tingkat emosional dan edukasi tiap trader berbeda.

Orang yang tidak sabaran akan aksi duluan, orang terlalu sabar akan telat masuk, orang yang kurang ilmu akan salah analisa, orang yang kurang teliti akan salah input order, dan orang yang suka cari rekomendasi malah kena pom-pom. Wkwk… hayo ngaku

Baca ini: Sekilas Tentang Saham Gorengan, Bandar, dan Pom-poman

Faktor lain

Selain fundamental, ada faktor lain yang membuat support & resistance terpengaruh, yaitu adalah faktor sentimen. Ya, sentimen bisa mempengarui pergerakan harga, karena sentimen sejatinya adalah “kumpulan dari kepercayaan banyak orang”.

Meski sulit dipahami secara logika dan kurang rasional, tapi nyatanya hal ini berpengaruh. Kalau banyak orang yang percaya saham A bagus dan beranggapan harga akan naik, otomatis banyak orang yang beli kan?

Sentimen positif akan memberikan dorongan break out di resistance dan rebound di support. Sedangkan, sentimen negatif akan membuat harga berbalik turun di resistance dan menjebolkan support ke bawah (harga terjun). Saya sudah menulis artikel tentang ini: Sentimen dan Cara Menyikapinya  

Cara Menentukan Support & Resistance

Masuk di bagian inti artikel.

Sekarang kita sudah tahu alasan harga bergerak. Di bagian ini kita akan belajar bagaimana cara menentukan dan menggambar support & resistance. Harapan saya, setelah ini akan berkurang pertanyaan di grup, “Support TLKM berapa?”, “Besok naik atau nggak?”. Ya mana tahu, harus cek dulu mas mbak. Setidaknya coba gambar sendiri, lalu share ke grup untuk minta kritik & saran.

Oke kita bahas. Cara menggambar chart (kadang disebut “coret2”) ternyata mudah sekali. Hampir semua aplikasi yang ada chart punya fitur menggambar. Minimal bisa untuk menggambar garis dan kotak. Untuk menggambar support & resistance anda tidak perlu bantuan indikator apapun.

Bahkan kalau nanti anda sudah mahir, anda bisa menentukan titik support & resistance dengan kasat mata. Tanpa bantuan garis. Tinggal buka chart, lalu sudah tahu di mana harga bakal naik/turun. Teknik ini disebut dengan price action. Ilmu terawangan.

Persiapan

Area support & resistance baru bisa diketahui jika kita tahu history pergerakan saham. Maka dari itu, kita perlu menyiapkan chart terlebih dahulu. Jangan gunakan tabel harga. Saya juga bingung bacanya gimana. Download Aplikasi atau buka alamat Web berikut, ini yang biasa saya pakai untuk analisa teknikal:

List di atas adalah versi web nya. Jika anda punya PC/laptop maka pakai versi web saja, karena layar monitor lebih luas sehingga chart lebih mudah di coret-coret (jangan pakai spidol *geje).

Untuk aplikasi mobile, silahkan download di PlayStore atau AppStore dengan nama sama seperti di atas. Kalau di AppStore tidak ada, sementara anda pakai browser dengan link di atas. Pakai tablet lebih baik. Untuk HP bisa sih, tapi buat saya terlalu kecil tampilannya dan ribet harus tab-tab di layar sempit. HP saya pakai sekedar untuk cek harga.

Ketika menggambar support & resistance, saya sangat menyarankan pakai candlestick. Jadi jangan gunakan chart line/garis. Karena line itu hanya pakai satu harga sebagai acuan garis, misal harga penutupan. Padahal untuk menentukan support & resistance kita perlu tahu titik tertinggi dan terendah. Berikut perbedaannya, cermati baik-baik (di zoom kalau kurang kelihatan):

Pakai line
Kalau pakai candle stick

Line biasanya pakai harga closing (penutupan), sehingga kalau dalam satu hari ada pergerakan naik tinggi dan turun rendah maka kita tidak akan tahu. Padahal hal ini sangat penting. Apalagi line tidak menunjukkan gap (lompatan harga). Dengan menggunakan candle stick, kita memiliki informasi lebih banyak. Proses pembentukan candle stick sudah saya bahas di artikel sebelumnya: Pengantar Cara Membaca Candlestick dan Chart

Baik, sekarang kita masuk ke cara menentukan support & resistance. Untuk menentukan support & resistance, maka kita perlu tahu dulu titik puncak suatu harga. Intinya, kalau harga pernah berbalik naik di suatu harga atau berbalik turun di harga tertentu, maka itulah titik puncaknya. Dalam menentukan support & resistance, kita bebas mau pakai timeframe apa saja.

Pilih timeframe

Berikut settingan candle yang biasa saya pakai:

  • Normalnya menggunakan candle D (daily/harian).
  • Jika ingin lebih detail, gunakan H1 (hour/candle tiap jam).
  • Sedangkan jika ingin gambaran luas gunakan candle W1 (week/mingguan) dan M (month/bulanan).

Hal di atas bukanlah aturan atau hal wajib. Sesuaikan dengan tipe trading anda. Jika anda seorang sclaper maka bisa pakai candle 5 menit atau malah 1 menit. Tapi jika anda scalping, maka gunakan aplikasi sekuritas anda– karena web charting biasanya ada delay sekian menit. Sedangkan, jika anda seorang investor maka bisa pakai candle harian hingga bulanan.

Menu pada TradingView. Investing pakai TradingView.

Selanjutnya adalah alat menggambar yang kita pakai. Hampir semua web dan aplikasi trading memiliki fitur ini. Minimal aplikasi di sekuritas anda pasti sudah ada Trend Line (untuk menggambar garis) dan Rectangle (untuk menggambar area). Saya dulu biasanya pakai Web Investing yang gratis dan lengkap, Investing sendiri pakai chart milik TradingView. Tapi kalau buka TradingView secara langsung ada delay 10 menit untuk data saham Indonesia. Tidak begitu masalah sih. (sekarang malah sering pakai TradingView)  

Langkah dan aturan menentukan support & resistance

Saya belajar teknikal belum bisa dikatakan lama, baru sejak 2015. Tapi berdasarkan pengalaman saya menganalisa chart, saya mulai menyadari adanya suatu pola dalam support & resistance. Langkah dan aturan di bawah adalah hasil dari observasi saya sendiri. Jika anda punya sumber yang lebih kredibel silahkan tinggalkan komentar di bawah.

Berikut ini adalah langkah menentukan support & resistance beserta tingkat kesulitan mempelajari:

1. Jika hanya ada 1 titik puncak (Mudah)

Resistance horizontal

Jika hanya ada 1 titik puncak, entah itu titik tertinggi atau terendah maka tarik garis horizontal panjang ke kanan. Perhatikan gambar di atas, garis merah ditarik dari puncak tertinggi di bulan Juni. Ketika Agustus, maka ada potensi harga naik hingga titik ini.

Jika harga malah berbalik arah duluan, mungkin anda melewatkan support & resistance lain. Alasan lain kenapa balik duluan adalah adanya pergerakan terhadap fibonacci (akan saya bahas di artikel berbeda).

Area berdasarkan 1 puncak

Catatan: Garis yang ditarik dari ujung candle disebut dengan external line. Sedangkan, garis yang ditaris dari body disebut dengan internal line. Diantara keduanya disebut sebagai area.

Jika candle memiliki shadow panjang (shadow = garis panjang di candle), maka buat area setinggi shadow candle. Kemudian, panjangkan area tersebut. Jika suatu saat harga turun, maka ada potensi harga akan bereaksi di area ini.

2. Ada 2 atau lebih titik puncak (Menengah)

R = Resistance, S = Support

Jika ada 2 atau lebih titik puncak, maka tarik garis dari titik-titik puncak. Garis tidak harus horizontal, tapi bisa berbentuk miring/diagonal. Kemudian, panjangkan garis tadi untuk dijadikan proyeksi. Garis yang terhubung dari titik tertinggi namanya resistance, sedangkan garis yang terhubung dari titik terendah namanya support.

Area = pertemuan banyak puncak

Jika terdapat banyak titik di level harga yang berdekatan, maka buat area yang mencakup titik-titik tersebut. Ini berbeda dengan area yang berdasarkan satu titik saja seperti aturan sebelumnya. Di sini, yang penting semua titik harus masuk atau menyentuh area. Area bisa terbuat dari kombinasi titik tertinggi dan titik terendah.

3. Jika harga menembus support & resistance (Mudah)

Contoh harga yang menembus support & resistance

Aturan ini masih berkaitan dengan aturan ke-2. Normalnya, support akan membuat harga berbalik naik dan resistance akan membuat harga berbalik turun. Tapi jika harga berhasil menembus, maka support & resistance menjadi terbalik sifatnya.

Misal resistance ditembus, maka area tersebut akan menjadi support. Begitu pula kalau support ditembus, maka area itu akan menjadi resistance. Saya contohkan berdasarkan gambar sebelumnya:

Sampai mana harga akan bergerak jika sudah menembus area? Jika harga sudah menembus, maka target selanjutnya adalah support & resistance terdekat. Contoh-contohnya seperti ini:

Contoh harga break out akan menuju resistance selanjutnya
Contoh harga terjun akan mencari support terdekat

4. Jika ada banyak titik tak beraturan (Menengah)

IHSG di minggu awal Mei 2020

Jika anda menemukan banyak titik puncak, maka hubungkan setiap dua titik (minimal). Garis di atas digambar pakai garis “ray“. Sehingga anda tinggal hubungkan saja titik-titik puncak. Bedanya ray dengan garis biasa, yaitu ray akan langsung memproyeksikan garis hingga tak terbatas panjangnya. Ketika harga bergerak ke arah garis, biasanya akan balik dulu sebelum tembus.

5. Menentukan trend dan sideways (Menengah)

Support & resistance bisa digunakan untuk menentukan kapan trend dimulai dan kapan trend berakhir. Jika harga bolak-balik di support & resistance terus maka itu lah trend. Trend naik disebut uptrend, sedangkan trend turun disebut downtrend. Untuk mempermudah menggambar, kita perlu memakai parallel channel (lihat di bag. persiapan).

Contoh trend dengan channel

Trend dan sideways (disebut juga ranging / fase konsolidasi) sama-sama menggunakan channel. Secara sekilas, perbedaannya ada di tingkat kemiringan channel. Trend berarti channelnya miring naik atau miring turun. Sedangkan sideways “cenderung” mendatar. Berikut contoh gambarnya:

Harga yang bergerak pada trend akan membuat titik puncak baru (namun masih di dalam channel)
Pergerakan side ways di dalam parallel channel

6. Jika harga bergerak sangat curam atau terlalu lambat (Agak sulit)

Chart yang biasa kita pakai adalah chart dengan skala linear. Artinya, harga naik 200 poin dan turun 200 poin akan sama jaraknya. Tapi untuk kasus harga bergerak tajam, kita harus menggunakan skala lain, yaitu pakai skala logaritmik (logarithmic). Disebut juga sebagai skala “log”.

Pada skala log, kenaikan bergantung pada faktor multiplier/power. Contoh jarak yang sama pada skala log adalah untuk 10 ke 100 dan 100 ke 1000. Karena 10 = 10^1, 100 = 10^2, dan 1000 = 10^3. (pangkat)

Perhatikan gambar berikut:

Ilustrasi garis di skala normal dan skala log. Sumber gambar: commons.wikimedia.org

Haha.. ini apaan ya? Sekilas tampak membingungkan. Tapi ternyata tidak juga sih. Garis di atas ada 3 warna, masing-masing akan berubah bentuknya jika diubah skalanya.

Gambar kiri atas kita ibaratkan sebagai garis di chart normal, sumbu X (waktu/tanggal) dan sumbu Y (harga) masih dalam skala linear. Kanan atas = jika waktu dalam skala log. Kiri bawah = jika harga pada skala log. Sedangkan kanan bawah = jika waktu dan harga pada skala log.

Skala log bisa dipakai kalau harga bergerak cukup curam. Atau, jika kita tidak menemukan support & resistance di skala linear maka coba cari di skala log. Contoh harga yang bergerak tajam, yaitu: karena ada krisis moneter atau kenaikan harga yang tidak wajar.

Misalkan, di tahun 2007-2008 terjadi krisis moneter yang melanda Amerika. Salah satu indeks yang jatuh adalah S&P500. Jika kita tarik garis lurus maka harga masih akan mengikuti support & resistance.

Pergerakan S&P500. Aktifkan dulu skala log.

Garis di skala log ini lah yang di awal-awal saya sebut sebagai garis melengkung. Tapi terkadang pergerakan harga tidak mengikuti log10, sehingga kita perlu menggambar sendiri dengan “Curve” (cari di menu kiri). Contohnya adalah saham BBRI berikut:

Harga BBRI yang menembus kurva (curve) maka akan berbalik arah

Garis di atas dibuat pada skala biasa (non-log). Kita bisa melihat ketika harga menembus kurva (curve) maka harga sempat naik lagi untuk re-test, tapi hanya kuat sampai ujung kurva. Pada akhirnya harga akan bergerak turun.

Penerapan kurva (curve)

Menggambar kurva agak sulit karena kita harus mengerti kekuatan dan momentum trend. Jika trend tersebut normal, maka poros kurva ada di tengah. Tapi kalau trend tersebut sangat kuat atau terlalu lemah, maka poris kurva bisa condong. Perlu banyak latihan karena kurva tidak seperti trendline yang berupa garis lurus (alias tidak punya poros). Untuk itulah kurva sebaiknya tidak dipakai sendirian, anda bisa menambahkan trendline sebagai pelengkap coret2.

7. Cara Menentukan Support & Resistance kuat atau lemah (Mudah)

Mudah sekali. Tinggal ganti saja time frame chart. Semakin besar timeframe (TF), maka harga yang berbalik di situ adalah yang kuat, misal di timeframe mingguan atau bulanan. Sedangkan, untuk yang lemah akan terjadi di timeframe kecil, seperti menit dan jam.

Setelah anda membaca artikel ini, saya harap anda bisa memperbanyak latihan coret-coret support & resistance. Anda bisa melakukannya ketika ada waktu senggang. Bisa pakai web atau aplikasi. Anda bisa share hasilnya ke grup Muhaaz Saham untuk meminta kritik & saran dari member lain.

 

Strategi Penerapan

Horeee… Saya ucapkan selamat jika anda sudah baca sampai bagian ini. Setelah kita mengerti bagaimana cara menentukan support & resistance, sekarang kita tinggal mengimplementasikan untuk mencari profit. Jadi jangan sampai asal beli dan jual lagi ya sekarang. “Tindakan tanpa ilmu pengetahuan adalah sia-sia”.

Stop Loss dan Take Profit

Stop loss digunakan untuk membatasi kerugian kita. Stop loss itu dipasang pakai auto order. Jadi kalau harga turun maka otomatis akan tereksekusi jual. Kalau kita jual manual maka namanya Cut Loss (CL). Cut Loss sebaiknya dilakukan jika harga sudah jebol support dan support selanjutnya cukup dalam.

Kalau kita ragu maka bisa rugi besar karena harga akan turun terus. Letak auto order stop loss terbaik adalah di bawahnya ujung support lebih dikit (ada ruang). Jangan lupa input ordernya adalah HAKI (hajar kiri).

Sedangkan, untuk Target Profit sebaiknya sebelum/di bawah resistance dikit. Ingat, resistance itu area. Jadi bisa saja ketika hampir di resistance malah balik duluan membuat titik baru. Jika anda ragu/tidak yakin, maka jual sebagian untuk ambil profit. Sekalipun nanti turun maka kita sudah untung. Lebih baik aman. Input auto order untuk take profit adalah HAKI juga.

Break Out dan Rebound

Break Out artinya harga menembus resistance. Jika harga menembus resistance, maka akan menjadi trend naik. Hal yang kita lakukan di sini adalah melakukan aksi beli. Anda bisa pakai auto order atau bisa order manual. Cek ulang apakah ada resistance yang kita lewatkan. Kalau ternyata ada resistance lain di atasnya, maka tunggu sampai jebol resistance itu. Fenomena harga break out tapi balik turun lagi disebut fake out.

Rebound artinya harga berbalik arah/mental naik di support. Beli ketika harga sudah beneran naik dari support. Jangan langsung beli di support karena ada kemungkinan akan jebol turun. Posisikan stop loss di bawah support.

Trailing Stop

Contoh posisi stop loss

Trailing stop artinya kita menyeret stop loss ke titik baru. Stop loss diperbaruhi terus-menerus ketika ada support baru muncul. Biasanya, trailing stop dilakukan di saat trend. Tujuan dari trailing stop adalah untuk jaga-jaga kalau misal harga terjun atau trend telah berakhir.

Swing trading

Swing secara harafiah artinya ayunan. Tujuan dari swing trading yaitu mencari profit dari harga yang naik turun di support & resistance. Kelebihan dari swing adalah kita bisa trading di kondisi apapun, bisa di trend naik, trend turun, atau bahkan sideways. Yang penting kita tahu di mana titik support & resistance.

Swing trading juga sebaiknya pakai auto order, agar kita bisa “nyerok” ketika harga di support dan bisa jual di resistance. Kalau mau manual, anda bisa langsung pasang bid di pagi hari. Jika analisa anda benar, harga akan mampir ke titik itu. Sehingga kita tidak perlu melototi harga terus. Kan sudah jago analisa, iya gak? wkwk

Ketika trading swing selalu pasang stop loss untuk jaga-jaga support jebol. Serta buat target Take Profit menjadi beberapa titik, misal TP1 dan TP2. Ketika sudah di TP1 maka jual sebagian saham kita, biar untung dulu. Karena kita tak tahu harga bakal turun kapan, jadi kalaupun turun kita sudah ada profit. Sisa saham kita jual di TP2. Kalau break out tinggal beli lagi.

Sebenarnya ada teknik selain support & resistance yang perlu anda ketahui jika ingin menjadi swing trader, yaitu Elliot Wave, analisa volume, dan analisa momentum. Intinya tentang bagaimana pembentukan swing terjadi dan cara menyikapinya. Akan saya bahas di artikel lain (coming soon).

Contoh swing #1. Beli jika ada candle mengisyaratkan naik.
Contoh swing #2. Beli di break out & support, jual di resistance

Scalping/ODT (nyopet)

Pada hakikatnya, support & resistance bisa digambar di timeframe manapun. Untuk scalping, gunakan timeframe kecil sepeti 1 menit, 5 menit, 15 menit, atau 1 jam. Jangan lupa untuk mencari support & resistance kuat dulu di timeframe besar.

Misal di timeframe harian (1D). Karena harga bisa berbalik tajam atau malah langsung kencang tembus support & resistance kuat. Senjata utama dari scalping adalah auto order, sebab jika beli/jual manual maka akan kelamaan– harga sudah lari duluan.

Menabung atau menyicil beli

Cara ini mirip dengan swing trading. Bedanya, kita tidak menjual harga di resistance swing. Tapi ketika harga turun ke support maka kita beli lagi. Tujuannya untuk tambah posisi mumpung harga murah, apalagi kalau habis dapat tambahan modal. Analisa support & resistace dilakukan untuk menghindari beli di puncak harga.

Harapannya, selama trend masih naik maka profit akan maksimal karena punya average kecil. Alasan selain mencari capital gain yaitu untuk mendapat dividen di tiap periode. Tipe seperti ini biasanya seorang investor.

Kesimpulan

Support & Resistance tidak 100% harus akurat dan benar. Tapi, setidaknya dengan tahu di mana support & resistance kita meningkatkan potensi profit kita. Karena kita bisa memprediksi di mana harga akan naik dan turun. Jika ditambah dengan manajemen resiko yang tepat, kita bisa profit bisa maksimal. Saya akan membahas di artikel lain tentang manajemen resiko.

 

Apa selanjutnya?

Setelah kita mengetahui bagaimana harga bereaksi terhadap support & resistance. Langkah selanjutnya adalah belajar apa saja pola pergerahan saham. Harga yang bergerak mengikuti support & resistance sebenarnya memiliki pola umum. Para trader itu juga manusia, sehingga sangat mungkin untuk menebak aksi selanjutnya.

Lalu kenapa kadang harga tidak ke resistance tapi malah balik di tengah jalan? Bagaimana cara mengukurnya? Itu ada teknik analisa sendiri, misal pakai Elliot Wave dan mencermati perubahan Volume (baca di sini)

Jika kita tahu pola-polanya, maka kita bisa mudah menebak pergerakan nanti. Tentu saja tiap pola memiliki alasan dan tujuan sendiri, jadi bukan karena dibuat-buat ya (coming soon).

Sedangkan, tools menggambar bisa pakai Fibonacci, Gann, dan Pitchfork. Inti dalam teknik tersebut adalah ketika harga bergerak pasti ada momentum “di saat apa” harga masih ramai dibeli/dijual dan di saat apa mulai sepi. Hhmmm… saya akan menjelaskan di artikel lain karena sangat panjang (coming soon lagi).

Sekian artikel tentang support & resistance. Butuh waktu lama saya menulis ini, ada 20 revisi. Malahan sempat mati listrik lagi wkwk… Jika anda punya pertanyaan, kritik, dan saran silahkan tinggalkan komentar di bawah. Alternatifnya, anda bisa ikut berdikusi di grup Muhaaz Saham (https://muhaaz.com/saham/join/).

Terima kasih

-Aziz

Mungkin Anda juga menyukai

5 Respon

  1. K Yudhya berkata:

    Terima kasih artikel-nya!
    Btw saya sudah baca beberapa artikel-nya sejak tayang desember lalu. Saya mengerti.
    Saya pemula dan tertarik membaca buku analisa teknikal. Ada rekomendasi buku? Terima kasih sebelumnya

  2. Syaiful berkata:

    Keren artikelnya, ilmunya mantep…
    Makasih mass

  1. Desember 26, 2020

    […] ke level support/resistance normalnya akan berbalik arah. Anda bisa membaca tutorialnya di sini: Support & Resistance: Definisi, Contoh, dan Strategi Muhaaz Saham sudah merilis Aplikasi Kalkulator Saham yang salah satunya bisa menghitung ARA ARB dan […]

  2. Desember 26, 2020

    […] Tips: Biasanya, harga yang ARA & ARB terjadi beberapa kali (sekitar 2-4) maka akan menuju support & resistance kuat. Jadi setelah harga sampai ke level support/resistance normalnya akan berbalik arah. Anda bisa membaca tutorialnya di sini: Support & Resistance: Definisi, Contoh, dan Strategi […]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *