Analisa BMRI: Bank Mandiri (BMRI) Penguasa Sektor Korporat dan BUMN
Analisa Saham #005
BMRI: Penguasa Sektor Corporate
Bagaimana Bank Mandiri (BMRI) Berhasil Menguasai Sektor Korporat dan BUMN

Pada artikel ini kami akan membahas bank BUMN lagi, yaitu Bank Mandiri (BMRI).
Di antara para jagoan perbankan Indonesia, Bank Mandiri adalah pemain kelas berat.
Bank Mandiri (BMRI) memang bukan yang paling stylish seperti BBCA, dan bukan juga paling “merakyat” seperti BBRI, tapi BMRI punya hal yang sulit dilawan yaitu: sektor korporat dan BUMN
Pada artikel sebelumnya, kami telah membahas saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI). Pada artikel ini kami dari Muhaaz Saham ingin ajak Anda mengupas tuntas bagaimana BMRI bisa menguasai sektor korporate dan apakah layak dilirik.
Mari kita mundur sebentar
Bank Mandiri lahir tahun 1998, di tengah krisis moneter yang mengguncang Indonesia.
Pemerintah waktu itu memutuskan untuk menggabungkan empat bank BUMN: Bank Exim, BDN, Bapindo, dan Bank Bumi Daya menjadi satu entitas besar yang lebih kokoh. Dari sinilah lahir Bank Mandiri.
Nama “Mandiri” bukan cuma label, tapi cita-cita: bank nasional yang kuat, mandiri, dan bisa menopang pemulihan ekonomi Indonesia pasca-krisis.
Mulai di titik inilah strategi penempatan pion Bank Mandiri harus dimainkan dengan baik.
Bank Mandiri sejak awal dibentuk dari penggabungan beberapa bank BUMN, dan secara alami langsung diberi mandat untuk jadi mitra strategis berbagai proyek nasional.
Mereka punya akses yang sulit ditandingi mulai dari: pembiayaan proyek jalan tol, pembangkit listrik, pelabuhan, sampai pembiayaan ekspor untuk perusahaan negara.
Bank Mandiri adalah partner utama PLN, Pertamina, Jasa Marga, dan segenap kawan-kawan BUMN yang hobinya bangun jalan, pelabuhan, dan pembangkit listrik. Jadi kalau negara ada proyek, BMRI hampir pasti dapet bagian.
Strategi unggul BMRI di sektor korporasi bukan cuma karena koneksi politik atau sejarah panjangnya saja.
Dalam beberapa tahun terakhir, Bank Mandiri mengubah pendekatan layanan korporat lewat pembentukan unit Corporate Banking, yang menjadikan Bank Mandiri lebih mirip investment bank.
Bank Mandiri tidak sekadar kasih pinjaman, tapi juga membantu nasabah besar cari solusi pembiayaan, buat sindikasi, bahkan membantu IPO ke Bursa Efek Indonesia (BEI) dan membantu penerbitan obligasi.
Ini bukan cuma kasih modal trus duduk manis terima bunga, tapi Bank Mandiri juga membantu klien besar makin naik kelas *emote kacamata hitam
Kalau dilihat dari laporan keuangan terbaru, kontributor terbesar pendapatan BMRI berasal dari pendapatan bunga bersih (Net Interest Income) yang porsinya bisa lebih dari 75% dari total pendapatan.
Pendapatan non-bunga seperti fee dari transaksi, layanan treasury, dan lainnya juga mulai berkembang pesat, terutama dari ekosistem digital mereka.
Tapi ujung tombaknya tetap kredit, dan mayoritas dari kredit itu disalurkan ke sektor korporasi.
BMRI juga tidak ketinggalan dalam digitalisasi. Livin’ by Mandiri sekarang punya lebih dari 22 juta pengguna, dan masuk ke peringkat atas aplikasi finansial dengan pertumbuhan tercepat.
Sedangkan untuk korporasi mereka punya platform Kopra by Mandiri, yang memfasilitasi transaksi B2B dan layanan treasury secara online. Jadi ini bukan cuma bank gede yang konservatif, tapi juga makin gesit.
Namun, bukan tanpa tantangan
Karena Bank Mandiri fokus di sektor korporat jumbo dan BUMN, maka risiko konsentrasi kredit jadi isu penting.
Performa Bank Mandiri bisa naik-turun mengikuti kondisi makroekonomi. Risiko geopolitik dan kebijakan fiskal sangat bisa berdampak langsung ke portofolio kredit mereka.
Kalau proyek besar telat bayar atau gagal jalan, maka dampaknya bisa langsung ke NPL (Non-Performing Loan).
Jangan lupa Bank Mandiri itu adalah BUMN, hubungan dekat dengan pemerintah juga bisa jadi pisau bermata dua.
Bank Mandiri wajib jadi “anak penurut” jika sewaktu-waktu pemerintah bikin peraturan aneh. Apalagi kalau harus ikut bantu proyek yang secara bisnis kurang menguntungkan.
Sehingga, Bank Mandiri punya tantangan agar bisa menjaga keseimbangan antara perintah negara dan logika bisnis.
Jadi apakah layak untuk investasi di BMRI?
Kami dari Muhaaz Saham melihat BMRI sebagai saham bank yang sangat solid untuk jangka panjang. BMRI punya skala dan reputasi yang sulit tertandingi.
Selama bertahun-tahun pendapatan BMRI selalu tumbuh. Pendapatan tahun 2024 saja mencapai Rp195,6 Triliun mengalahkan BBCA yang sekitar Rp121 Triliun.
Serta dibanding BBCA yang PBV di 4-5x, BMRI lebih rendah valuasinya. PBV BMRI ada di kisaran 1,7x saat artikel ini ditulis (Juli 2025) dengan ROE tinggi dan potensi pertumbuhan stabil.
Jadi buat investor yang gak mau overpay tapi tetap mau saham berkualitas, BMRI itu adalah jalan tengah yang cantik.
BMRI juga rutin bagi dividen. Dividen yield BMRI biasanya berada di kisaran 5,5%–6%.
Bahkan pada April 2025 kemarin (tahun buku 2024) yield dividen BMRI mencapai 9% !! Walau ini disebabkan harga saham BMRI yang koreksi sih wkwk…
Kesimpulan
Kalau Anda tipe investor yang senang lihat uang masuk ke rekening tiap tahun tanpa harus jual saham, maka BMRI adalah salah satu kandidat paling manis.
Apalagi sekarang (Juli 2025) harga saham BMRI sedang koreksi 30%-40% dari puncaknya 2024, kapan lagi bisa dapat harga diskon.
Tapi jangan berharap harganya langsung naik besok. BMRI lebih cocok untuk investor yang sabar dan siap dapat dividen tiap tahun
Salam dari kami,
Muhaaz Saham (MUSA)
Disclaimer:
Bukan ajakan membeli atau menjual saham
