Analisa BBCA: Mengapa BBCA Tetap Laris Meski Valuasi Premium?
Analisa Saham #006
BBCA: Premium Price, Premium Service
Mengapa Saham BBCA Tetap Laris Meski Valuasi Premium

Kalau Anda tanya ke orang tua, kenapa mereka punya tabungan di BCA sejak tahun 80-an 90-an? Jangan kaget kalau jawabannya “Satpamnya ramah, CS-nya cekatan, dan gak bikin ribet.”
Yap, sesederhana itu. Tapi justru di situlah kehebatan BBCA. Mereka membangun kepercayaan masyarakat Indonesia lewat hal-hal kecil yang mereka jaga sejak dulu.
Kita pasti kesal kalau ada satpam bank yang judes dan antrian lama. Tapi hal itu tidak berlaku ketika kita ke cabang BCA.
Kalau bank lain sibuk pasang baliho dan jor-joran promo, BCA diam-diam membangun reputasi dari rasa nyaman.
Tapi apakah cuma itu alasan saham BBCA laris dibeli investor?
Kita tengok sejarah sebentar
Bank Central Asia atau yang lebih akrab kita panggil BCA lahir di tahun 1957. BCA sudah eksis sejak zaman Presiden Soekarno masih memegang kendali negara.
Awalnya, BCA didirikan oleh kelompok bisnis Tionghoa dan beroperasi di bawah naungan Salim Group milik Sudono Salim (yang juga pendiri Indomie, FYI).
Tapi hidup tidak selalu mulus. Saat krisis moneter 1998 mengguncang Indonesia, Salim Group kehilangan banyak aset dan BCA sempat diambil alih oleh pemerintah lewat BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional).
Ketika krisis itulah menjadi titik balik BBCA.
Setelah sempat dipegang negara, BBCA dilepas kembali ke publik dan akhirnya diambil alih oleh Djarum Group, grup rokok yang juga punya Dufan, Polytron, Blibli, dan saham Bank Danamon.
Sejak saat itu, BBCA tumbuh pesat menjadi bank swasta terbesar di Indonesia dari sisi kapitalisasi pasar.
Perjalanan Menjadi Bank Sejuta Umat
Selain keramahan satpamnya, BCA juga termasuk pionir teknologi perbankan di Indonesia.
BCA termasuk bank pertama yang menerapkan sistem online real-time antar cabang. Zaman dulu ini hal besar, karena transfer uang tidak perlu lagi pakai kode wilayah atau menunggu 3 hari kerja.
Sistem ini jadi salah satu alasan utama kenapa banyak pengusaha pakai BCA. Dari pengusaha besar sampai skala kecil nyaman pakai BCA.
Hal ini terbawa hingga sekarang. Para pengusaha ogah pindah ke bank lain karena sudah pewe.
Akibatnya, “pengusaha baru” mau tak mau harus pakai BCA juga biar bisa transaksi dengan pengusaha lama. Para karyawan kadang dipaksa pakai BCA juga biar gajian bebas fee.
Apalagi BCA punya banyak aplikasi seperti BCA Mobile, myBCA, dan aplikasi lain yang dikenal cukup ringan, aman, dan jarang bermasalah.
Pernahkah Anda mendengar berita server BCA kena hack? Haha.. kalau dibandingkan bank sebelah pasti tidak pernah kan?
Sampai saat ini, hampir tidak ada kasus besar pembobolan rekening atau hacking sistem yang menyasar BCA.
Tentu bukan berarti sistemnya kebal 100%, tapi sejauh ini manajemen risikonya terbukti solid.
Konsistensi ini yang membuat banyak orang bilang: “Saya buka rekening di bank lain, tapi gaji tetap saya taruh di BCA.”
Karena ketika kepercayaan itu sudah tumbuh, maka sulit untuk berpindah apalagi kalau yang di bank sebelah belum bisa kasih pengalaman sebanding.
Jadi bagaimana analisa saham BBCA?
BBCA adalah bank komersial, artinya bisnis utamanya adalah menghimpun dana masyarakat (tabungan, giro, deposito), lalu menyalurkannya dalam bentuk kredit atau pinjaman dan mendapatkan selisih bunga dari situ, atau disebut juga sebagai Net Interest Margin (NIM).
Berdasarkan data Mei 2025, NIM milik BBCA tumbuh 6,85% setahun terakhir (YoY). Laba bersih BBCA juga mengalami pertumbuhan positif mencapai 16,3%.
Mayoritas pendapatan BBCA berasal dari pendapatan bunga bersih. Sementara sisanya dari fee-based income yang terus tumbuh seiring makin banyaknya transaksi digital dan kebutuhan keuangan masyarakat.
Namun yang paling krusial adalah kekuatan BBCA dalam mengumpulkan CASA (Current Account Saving Account) alias dana murah.
Tabungan dan giro menyumbang CASA sekitar 82,9% (data April 2025) dari total dana pihak ketiga (DPK) mereka. Ini artinya, BBCA bisa menyalurkan kredit tanpa perlu bayar bunga besar ke nasabah tabungan.
Ibarat warung kopi yang jago bikin kopi premium, tapi dari air galon biasa, tidak perlu pakai air mineral mahal.
BBCA juga dikenal sebagai bank yang sangat defensif. Di saat ekonomi gonjang-ganjing, investor justru lari ke BBCA karena dianggap aman.
NPL (kredit macet) milik BBCA salah satu yang paling rendah di industri, margin bunga tetap stabil, dan dividen cukup rutin dibagikan walau bukan yang paling tinggi.
Tapi tunggu…
Semua kelebihan BBCA juga menjadi kekurangan itu sendiri di kacamata investasi.
Karena mayoritas investor saham menganggap BBCA adalah saham bagus, jadinya banyak yang beli BBCA dan membuat valuasinya menjadi mahal dibanding bank lain
Berdasarkan valuasi terbaru (Juli 2025) PBV BBCA mencapai 4-5x. Bandingkan dengan BMRI yang 1,7x; BBRI yang 1,8-2x; dan BBNI yang 0,9-1x; maka valuasi BBCA jauh di atas rata-rata bank lain.
Jadi kalau ada gangguan besar seperti lonjakan kredit macet, krisis kepercayaan, atau pesaing digital yang benar-benar menggerogoti pangsa pasar mereka, harga saham bisa tertekan — yah, meskipun kecil kemungkinannya.
Dividen BBCA juga termasuk kecil cuma 2%-3% per tahun. Bandingkan dengan bank lain yang bisa 6%-10% per tahun.
Pergerakan harga BBCA juga sangat erat dengan IHSG. Kalau IHSG terbang, saham BBCA ikut terbang. Kalau IHSG merah, BBCA ikut merah.
Hebatnya BBCA tetap outperform IHSG. Jadi kalau IHSG dalam beberapa tahun naik 15% maka BBCA naik 30%. Kalau IHSG naik 30%, BBCA akan naik 60%
Kesimpulan
BBCA bukan cuma bank yang bagus di atas kertas laporan keuangan. BBCA adalah contoh bagaimana reputasi dibangun bukan dari promosi besar-besaran, tapi dari pelayanan yang konsisten dan teknologi hebat.
Kalau dibandingkan dengan bank-bank besar lain seperti BRI, Mandiri, atau BNI, maka BBCA punya citra yang sangat kuat di kelas menengah dan pelaku usaha.
BBCA adalah salah satu saham terbaik di bursa kalau Anda ingin tabung jangka panjang.
Cuma jangan ngarep dividen BBCA aja…
Salam dari kami,
Muhaaz Saham (MUSA)
Disclaimer:
Bukan ajakan membeli atau menjual saham
