Analisa ADRO: Pengaruh Spin-off AADI Terhadap Laba ADRO dan Proyeksi Dividen Turun
Analisis Saham #007
ADRO: Melepas Sapi Perah
Pengaruh Spin-off AADI Terhadap Laba ADRO dan Proyeksi Dividen Turun

Kalau Anda sudah lama berkecimpung di dunia saham Indonesia, maka nama ADRO pasti bukan nama asing.
Pada artikel ini, kami Muhaaz Saham akan membahas salah satu saham legendaris di sektor energi, yaitu PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).
Adaro didirikan pada tahun 1982, Adaro awalnya adalah konsorsium perusahaan asing yang mendapat konsesi batu bara di Kalimantan Selatan.
Tapi “titik balik besar” terjadi ketika kelompok usaha keluarga Thohir dan Soeryadjaya masuk dan mengambil alih. ADRO kemudian berubah jadi raksasa energi seperti yang kita kenal sekarang.
ADRO resmi melantai di Bursa Efek Indonesia tahun 2008, saham ADRO langsung jadi primadona. Banyak orang tergoda dengan cerita perusahaan batu bara efisien, terintegrasi, dan ekspor ke mana-mana.
Bisnis ADRO
Model bisnis ADRO masih sangat bertumpu pada penambangan dan penjualan batu bara termal, yaitu batu bara yang digunakan untuk pembangkit listrik.
Mereka punya tambang utama di Tabalong, Kalimantan Selatan, dan sudah bangun infrastruktur lengkap: dari alat angkut, pelabuhan, hingga pembangkit listrik sendiri.
Bandingkan dengan perusahaan lain yang harus sewa kapal dan pelabuhan. Sedangkan ADRO tinggal pakai punyanya sendiri. Inilah kenapa biaya operasional mereka bisa ditekan, bahkan saat harga batu bara turun.
Sekitar 90% pendapatan ADRO pada 2023 (sebelum spin-off AADI) berasal dari batu bara. Jadi meskipun mereka sudah gembar-gembor transisi energi, kita masih harus realistis—mereka belum benar-benar move on dari si batu hitam ini.
Penjualan batu bara mereka terbagi antara pasar dalam negeri dan ekspor, dengan negara seperti India, China, dan beberapa negara Asia Tenggara menjadi pembeli setia.
Nah, karena sangat bergantung pada batu bara, saham ADRO termasuk dalam kategori “siklikal”, artinya naik-turunnya sangat terpengaruh oleh kondisi ekonomi global dan harga komoditas dunia.
Saat harga batu bara dunia naik, laba ADRO bisa terbang. Tapi ketika harga komoditas turun—seperti yang kita alami beberapa waktu terakhir setelah puncaknya di 2022—ya, otomatis pendapatan dan laba ikut menciut.
Tahun 2025 sekarang ini adalah masa di mana harga batu bara cenderung melemah, karena ekonomi global belum sepenuhnya pulih dan permintaan dari China belum sekuat dulu.
Sayangnya, ADRO sendiri lebih konservatif dalam bagi-bagi dividen karena banyak proyek jangka panjang yang sedang mereka garap.
Bandingkan saja dengan PTBA dan ITMG. Di masa panen 2022–2023, ITMG dan PTBA dikenal sebagai raja dividen yang bisa tembus dua digit! Bahkan yang menyentuh 20%!
Spin-off AADI
Masih ingat dengan 90% pendapatan ADRO masih berasal dari penjualan batu bara di 2023? Nah, di tahun 2024 kemarin mereka melakukan aksi yang bikin investor ADRO pusing.
Tepatnya pada Desember 2024, ADRO melepas sapi perah mereka PT Adaro Andalan Indonesia (AADI) untuk dijadikan perusahaan terpisah (spin-off).
Padahal dulu itu AADI menyumbang sekitar 40-45% dari laba bersih ADRO! Sehingga bisa dipastikan ADRO akan kehilangan hampir setengah pendapatan mereka.
Ditambah lagi harga batu bara saat ini sedang lesu.
Batu bara adalah sektor super siklikal. Ketika ekonomi dunia melambat, permintaan batu bara ikut tergerus. Dan saat ini kondisi global sedang masuk ke fase soft landing.
China di 2023 memberi laba ke ADRO sekitar Rp19,4 Triliun, lalu di tahun 2024 cuma Rp1,1 Triliun. Bahkan banyak negara lain tidak beli dari ADRO lagi di 2024 seperti Malaysia, Jepang, Filipina, dll.
ADRO Terpukul
Jadi ADRO akan terpukul dari 2 sisi, satu dari kehilangan setengah pendapatan batu bara (AADI) dan satunya dari penurunan harga batu bara (usaha yang masih dipegang).
Mungkin ada yang bilang, “Tapi kan nanti ADRO juga dapet dividen dari AADI. AADI jualan batu bara, ADRO tinggal terima dividen”.
Eitsss… jangan terlalu cepat ambil kesimpulan
Kepemilikan ADRO di AADI sekarang tinggal 15,37% saja. Sisanya ya masyarakat, afiliasi, dan induk ADRO si PT Adaro Strategic Investments
Pada laporan keuangan selanjutnya, bukan tak mungkin laba ADRO yang berasal dari batu bara akan terkontraksi hingga menjadi 1/4 saja dibanding tahun-tahun lalu.
Dan tentu, ini akan berpengaruh ke nilai dividen.
Terus ADRO Sekarang Ngapain?
ADRO bukan lagi ADRO yang dulu secara harafiah. Sejak AADI dilepas, earning power-nya berubah dan valuasi harus disesuaikan.
ADRO saat ini bukan lagi sepenuhnya saham batu bara. ADRO sedang melakukan transisi ke saham energi terbarukan.
Bisnis ADRO sekarang fokus ke Pembangkit Listrik, Aluminium dan Hilirisasi Mineral, dan Transisi ke Energi Terbarukan.
ADRO melalui anak usahanya, Adaro Power, punya proyek PLTU Batang (2×1.000 MW) yang disebut-sebut sebagai salah satu PLTU terbesar dan paling efisien di Asia Tenggara.
ADRO melalui Adaro Minerals (ADMR) juga sedang membangun kawasan industri green aluminium di Kalimantan Utara, tepatnya di kawasan industri hijau Kaltara. Mereka memanfaatkan PLTA (pembangkit listrik tenaga air) dari Sungai Kayan.
ADRO juga sedang eksplorasi area lain seperti carbon trading, amonia hijau, dan potensi pengembangan baterai atau energi penyimpanan.
Memang saat ini masih di tahap awal, tapi arah besarnya sudah jelas. ADRO ingin menjadi Perusahaan Energi, bukan sekadar penambang batu bara.
Dividen Perpisahan
Pada November 2024 kemarin ADRO membagikan dividen super jumbo hingga mencapai yield 30%. Tapi Anda jangan sampai terjebak dan berpikir tahun 2025 juga bakal dapat segitu.
Banyak orang berpikir, “Wah dividen ADRO di November 2024 bisa 30% lebih, saatnya beli sekarang mumpung belum November 2025”
Itu salah besar!!
Kalau Anda cek laporan tahun buku 2023 (untuk dividen yang dibagikan tahun 2024), maka payout ratio dividen mencapai 214%!
Artinya ADRO membagikan dividen yang nilainya 2x lipat dibandingkan laba bersihnya.
Kenapa bisa begitu? Karena ADRO juga ambil dari laba ditahan dan cadangan kas, gak cuma dari laba bersih doang.
Jadi bukan berarti ADRO tekor, tapi mereka pakai sebagian dari uang yang sudah dikumpulkan bertahun-tahun dan menyesuaikan struktur modal (capital management).
Bisa jadi ini juga semacam “hadiah perpisahan” setelah spin-off AADI, supaya investor tetap happy.
Ini jarang terjadi ya, dan kami di Muhaaz Saham melihatnya sebagai dividen luar biasa (extraordinary dividend).
Jangan ngarep bisa dapet dividen 30% tiap tahun haha..
Kesimpulan dari Kami
Bagi Anda yang percaya bahwa batu bara masih bisa bangkit, dan bahwa ADRO bisa mengeksekusi proyek aluminium serta energi terbarukannya dengan baik, maka saham ADRO tetap menarik.
Kalau Anda investor yang butuh cuan rutin dari dividen, maka saham lain seperti PTBA, ITMG, GEMS, BSSR, dsb lebih cocok. Tinggal cek harga acuan batubara saja.
Pergerakan harga saham ADRO akan mulai sulit ditebak, karena saat ini sedang proses perubahan fokus bisnis.
Harga saham ADRO sekarang mungkin masih terpengaruh sentimen batu bara seperti PTBA dan ITMG, tapi belum tentu dalam beberapa tahun selanjutnya.
Salam dari kami,
Muhaaz Saham (MUSA)
Disclaimer:
Bukan ajakan membeli atau menjual saham

1 Respon
[…] kemarin membahas ADRO (baca disini), kami akan membahas lagi saham di sektor energi. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) rasanya seperti membahas […]