5 Variasi/Ide Teknik Averaging
Tentang Averaging
Secara sederhana, teknik averaging adalah beli saham pada banyak harga. Teknik ini hanya dianjurkan jika anda memiliki dana cukup besar atau modal yang terus mengalir, karena harus beli saham berkali-kali. Misal beli saham ABCD di harga 2000, 2200, dan 2100. Anda bisa membaca cara menghitung averaging down/up di sini
Teknik averaging dapat digunakan untuk mencari profit atau untuk keluar posisi (jual di harga BEP). Jika modal anda terbatas, maka sebaiknya jangan gunakan strategi averaging, namun anda bisa mempertimbangkan opsi cutloss.
Averaging down adalah istilah ketika beli lagi di harga turun. Tujuannya adalah untuk menurunkan rata-rata harga pembelian. Sedangkan, averaging up adalah istilah ketika beli lagi pas harga naik (untuk tambah posisi).
Taknik averaging memiliki banyak variasi, berikut 5 ide-ide yang dapat kita gunakan sebagai strategi jual beli saham:
1. Dollar Averaging Cost (DAC)
Teknik ini dapat juga diartikan sebagai ‘Nabung Saham’. Karena pada prinsipnya, kita membeli saham dengan modal yang tetap di harga berapapun.
Misalkan tiap bulan rutin belanja senilai Rp1.000.000, entah dapat berapa lot saham. Jadi kadang sebulan bisa dapat 5 lot, 4 lot, atau berapapun. Tergantung harga saham saat itu. Jangan lupa ada fee beli.
Teknik Dollar Averaging Cost fokus pada jangka panjang. Sebaiknya pilih saham yang memiliki fundamental dan prospek bagus.
2. Martingale
Martingale adalah teknik averaging dengan RESIKO TINGGI. Pada teknik martingale, ketika harga turun maka kita melipat gandakan posisi.
Contoh: Awalnya beli Rp2000 x 1 lot, lalu turun beli 2 lot, dan jika turun lagi beli 4 lot, 8 lot, dst…
Saat kita beli saham dengan teknik martingale, maka avg harga beli (titik BEP) akan menjadi makin kecil. Tapi resiko rugi juga semakin besar.
Teknik martingale sangat berbahaya karena dapat mengacaukan psikologi. Jika kita tidak sabar, maka bisa-bisa menghabiskan dana kita. Padahal harga belum tentu menyentuh bottom sehingga turun terus. Resiko rugi juga menjadi berlipat ganda.
Sebaiknya, jangan gunakan martingale ketika pasar/emiten sedang mengalami krisis. Karena harga rawan dibanting lebih dalam. Teknik ini justru lebih cocok di pasar yang sideways (konsolidasi).
Agar lebih jelas, maka anda dapat melakukan simulasi lewat aplikasi Muhaaz Saham: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.muhaaz.musa
3. Anti-martingale
Teknik ini mirip dengan martingale. Bedanya, martingale digunakan ketika harga turun, sedangkan anti-martingale digunakan ketika harga naik.
Misal awalnya kita beli 1 lot, ketika harga naik kita beli 2 lot, 4 lot, 8 lot, dst…
Teknik ini cocok digunakan pada saham yang sedang uptrend (tren bullish). Jika kita menggunakan teknik ini, maka avg pembelian (titik BEP) juga ikut naik.
Sebaiknya pasang trailing stop, karena jika harga tiba-tiba anjlok maka bisa rugi besar.
4. Pyramid
Teknik pyramid mirip dengan anti-martingale. Pada pyramid, ketika harga naik maka kita beli saham dalam lot tetap.
Misal awalnya beli 1 lot, ketika harga naik beli 1 lot lagi, 1 lot lagi, 1 lot lagi, dst…
Teknik ini juga memiliki resiko lebih rendah dari pada anti-martingale. Teknik pyramid cocok digunakan pada uptrend. Jangan lupa selalu pasang trailing stop.
5. Anti-Pyramid
Mirip dengan martingale, tapi menggunakan lot tetap. Sehingga resiko rugi lebih kecil. Tapi menyebabkan titik BEP cukup tinggi.
Sekian artikel tentang variasi atau ide-ide teknik averaging saham. Silahkan jika ada pertanyaan, kritik, atau saran dapat anda diskusikan di grup Muhaaz Saham.
Terima kasih.
trims sharingnya pak